Kamis, 06 November 2008

Seng Ada Lawan

Surabaya - KPU Jawa Timur telah mengumumkan daftar calon peserta Pemilu tahun 2009 untuk Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang akan mewakili Jawa Timur. Sebanyak 30 nama telah ditetapkan KPU Jatim sebagai calon anggota DPD setelah mendapatkan surat keputusan dari KPU Pusat. Di antara 30 nama tersebut, terdapat satu sosok unik bernama Abdul Jalil Latuconsina. Abdul Jalil Latuconsina yang akrab dipanggil Abah Jalil ini merupakan satu-satunya calon DPD yang di Pemilu 2004 lalu sudah ikut berlaga. Sayang, meski sudah mampu meraup 670 ribu suara pemilih, ia tidak bisa lolos mewakili Jawa Timur sebagai anggota DPD. Sedangkan 29 calon lain tampaknya merupakan muka-muka baru. Lebih unik lagi bila sudah berbicara penampilannya. Pria kelahiran Ambon 55 tahun lalu itu, sangat mirip dengan sosok Osama Bin Laden, musuh nomor satu Amerika. Dengan rambut putih tergerai dan jenggot putih menjuntai panjang, siapa pun yang melihat pasti akan tertarik untuk memperhatikan tampilannya yang beda. “Ya ini tampilan terbaru saya, agar mudah diingat warga”, katanya mengomentari penampilannya. Tidak jarang juga, ketika sedang berjalan-jalan di mall, anak-anak kecil sering menyebutnya mirip dengan tokoh khayal Sinterklas atau Santa Klaus. Atau juga tokoh penyihir aliran putih, Gandalf, dalam film trilogi Lord of The Ring. Gandalf si penyihir baik hati itu memang tampil dengan menunggang kuda putih, berjubah putih, jengot putih dan rambut putih tergerai. Namun Jalil Latuconsina bertekad untuk ikut pemilu 2009 sebagai calon DPD bukan hanya maju bermodal tampangnya yang unik dan menarik. Sejarah panjangnya dalam organisasi dan dunia aktivis menjadi modal utamanya. “Saya kira, masyarakat Jatim akan mendukung saya. Terbukti saat pemilu 2004, saya memperoleh suara siginifikan kendati tanpa kampanye berlebihan dibanding calon anggota DPD lainnya” kata Jalil. Pria yang sejak 35 tahun lalu tinggal di Surabaya ini, merupakan salah satu aktivis mahasiswa angkatan ’78 yang getol mengkritisi kepemimpinan Soeharto. Ia bersama beberapa aktivis yang kini juga menjadi tokoh Jatim seperti Choirul Anam (Ketua DPP PKNU) dan Ali Maschan Moesa (mantan Ketua PWNU dan cawagub Jatim), memimpin pergerakan mahasiswa di Jawa Timur era 1970-an.Akibat kekritisan dan keberaniannya menentang rezim Soeharto, menyebabkan Jalil sempat merasakan pengapnya dinding penjara. Namun itu semua tak pernah menyurutkan langkahnya. Bahkan, di penjara pun ia masih berani memimpin demonstrasi. Semangatnya untuk mengingatkan rezim Orde Baru agar tak kelewat batas dalam melanggengkan kekuasaan, malah semakin kuat setelah keluar dari hotel prodeo. Ia kemudian malah tercatat menjadi anggota termuda dan satu-satunya dari Jawa Timur sebagai penanda tangan Petisi 50 yang diprakarsai Alm. Ali Sadikin dan Jendral AH Nasution. Anggota Petisi 50 lain yang cukup terkenal karena keberaniannya adalah AM Fatwa yang kini menjadi anggota DPR RI.Tak heran bila kemudian di dunia politik Jawa Timur maupun nasional, Jalil Latuconsina cukup dikenal. Meski tidak pernah menjadi anggota partai politik, hampir semua pimpinan partai politik di Jawa Timur mengenal sepak terjangnya. Ia dikenal sebagai sosok yang independen, punya tekad dan keberanian yang besar.Jalil Latuconsina sempat pula terjun ke dunia bisnis di akhir 1980-an sampai 1990-an. Bahkan di tahun 1994, ia terpilih untuk memimpin HIPMI Surabaya. Tapi kemudian dunia itu ia tinggalkan, setelah pada tahun 2000 terjun ke dunia pers dengan menerbitkan Tabloid Sapujagat yang sangat kental dengan karakter pribadinya yang idealis, independen dan berani. (Sumber:elka Foto via Jakarta Prees)

Tidak ada komentar: