Jumat, 26 Desember 2008

Evaluasi Bambang DH dan Arif Afandi tahun 2008

Surabaya-Kinerja Pemkot Surabaya sepanjang tahun 2008 tidak lebih baik dibanding kinerja tahun 2006 maupun 2007. Evaluasi kinerja hingga awal Desember 2008 -- menjelang tutup tahun anggaran 2008 pada 20 Desember -- berbagai proyek pembangunan fisik di 24 SKPD (Satuan Kegiatan Perangkat Daerah), utamanya pada penyerapan proyek-proyeknya terekam sekitar 58 persen dari total alokasi anggaran pembangunan lebih kurang Rp 900 miliar. Kondisi seperti itu menyiratkan buruknya pengelolaan manajemen kota Surabaya oleh Walikota Surabaya. Apa dampak dan pengaruhnya terhadap kehidupan kota Surabaya? Simak dan ikuti catatan berikut ini. Pertumbuhan APBD Kota Surabaya dari tahun ke tahun terjadi tren peningkatan. Tahun 2006 nilai APBD sekitar Rp 2,3 triliun melonjak menjadi Rp 2,7 Triliun tahun 2007 dan meroket menjadi Rp 3,19 pada tahun 2008 setelah PAK (Perubahan Anggaran Keuangan). Dari perbandingan angka APBD itu pertumbuhan ekonomi kota Surabaya melonjak dari 6,2 menjadi 6,5 persen dan disebut -sebut terbaik di Jawa Timur. Malahan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) tahun 2008 sebesar Rp 273 triliun/tahun. Dari data itu menyiratkan kualitas perekonomian Surabaya luar biasa, sepertinya kesejahteraan melingkupi warga kota yang berpenduduk 2,912 juta jiwa yang merupakan data terakhir Dinas Kependudukan Kota Surabaya. Lalu bagaimana keadaan sebenarnya di lapangan? Kita bersama memahami bahwa kota Surabaya dikelola oleh manajer yang bernama Walikota Surabaya. Sebagaimana UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemda, Walikota adalah unsur penyelenggara pemerintahan di daerah, dan dia mendapat otoritas penuh mengelola keuangan daerah sekaligus mempertanggungjawabkan penggunaannya, baik untuk belanja rutin, belanja modal, dan pengalokasian dana hibah ke berbagai lembaga yang dianggap kredibel menurut perundangan. Mengalokasikan dana APBD triliunan rupiah itu, digagas perencanaan bugeting yang berbasis internet. Dengan perubahan perilaku itu diharapkan tereliminasi pertemuan orang dengan orang sehingga dapat dicegah kolusi dan nepotisme, di samping ada misi lain yaitu upaya mempercepat pekerjaan. Berangkat dari gagasan itu maka perencana kota yang ahli di bidang teknologi informasi (TI) merumuskan pola kerja berbasis internet dengan mengedepankan kemudaan seperti E Bugetting, E Project, E Procurment, E Delivery, E Controll dan E Performance. Sistematika kerja yang konprehensif itu diteruskan ke tengah masyarakat termasuk kepada para pengguna dan pemetik manfaat proyek-proyek. Di tengah perjalanan pelaksanaan E-E menghadapi kendala sangat teknis. Sebagai besar kepada dinas, badan, bagian, bahkan kepala bidang sampai kepala subdin dan seksi-seksi gagap teknologi informasi. Lebih celaka lagi, sebagian besar rekanan sebagai pemetik manfaat proyek-proyek cenderung berperilaku manual. Nuansa kerja yang tidak berbading lurus antara kenyataan dengan program mengakibatkan ketimpangan yang luar biaya di lingkungan Pemkot Surabaya. Akibat buruknya sejumlah proyek fisik telah dikerjakan oleh rekanan tetapi laporan administrasinya mengalami perubahan berkali-kali, bahkan banyak yang memakan waktu sampai 60 hari kerja. Lebih menyedihkan, banyak kepala dinas, badan, dan bagian tidak dapat menyelesaikan laporan keuangan dan akhirnya ditolak oleh bagian keuangan akibat salah nomenkaltur, kode rekening, bahkan tidak sesuai antara pelaporan di internet dengan bukti hard copynya. Otomatis anggaran yang ditetapkan tidak dapat dicairkan sesuai waktunya. Ribuan proyek fisik dan nonfisik tersendat, bahkan harus terpaksa dipindahkan ke alokasi anggaran tahun 2009. Apa akibat buruknya? Yang pasti gagal penyerapan ribuan proyek fisik itu menyebabkan banyak kalangan profesional baik di bidang property, pengadaan peralatan kerja, dan jasa lainnya tidak mendapatkan pekerjaan, yang otomatis dalam tahun berjalan 2008 tidak tersedia lapangan kerja utamanya dalam bentuk padat karya. Dampak buruk langsungnya, banyak warga kota Surabaya dari kalangan pengangguran dan keluarga miskin tidak dapat diberdayakan. Dengan demikian kuantitas dan kualitas kemiskian di Surabaya semakin meninggi. Walikota Surabaya gagal meredam angka kemiskinakan kota? Pengangguran PNS Di sisi lain, tingginya persentase gagal proyek fisik di berbagai SKPD tahun 2008 menyiratkan tingginya angka pengangguran tidak kentara di kalangan PNS Pemkot Surabaya. Dalam kasus ini jelas-jelas negara dirugikan, karena dari dimensi pemberdayaan SDM PNS telah ditetapkan ukuran standar minimal kelayakan kinerja dalam pelayanan kepada publik. Mendasarkan kualitas perekonomian kota tahun 2008 dibanding dengan kinerja Pemkot tahun anggaran 2006 dan tahun anggaran 2007, dapat disimpulkan bahwa performance Pemkot Surabaya tahun semakin memprihatinkan saja. Masalahnya SKPD-SKPD seperti Dinas Tata Kota dan Permukiman, dalam penyerapan proyek fisik sampai awal Desember tahun 2008 hanya sampai pada tataran 40 persen atau jauh lebih buruk dibanding tahun 2007 yang sekitar 85 persen. Di Dinas Pendidikan Kota Surabaya serapan proyek fisiknnya pada kisaran 50 persen atau lebih buruk dibanding tahun 2007 yang sekitar 80-an persen. Sementara di Dinas Pertamanan penyerapan proyek fisik tahun 2008 sekitar 65 persen atau lebih buruk dibanding tahun 2007 yang mencapai 90-an persen, namun di Dinas PU Bina Marga Pematusan penyerapan proyeknya mencapai 85 persen meskipun tidak lebih baik dibanding penyerapan proyek tahun 2007. Lebih runyam di 10 bagian yang berada di bawah Sekkota, menghadapi persoalan serupa akibat banyak pekerjaan terkendala implementasi teknologi informasi berbasis internet. Sepanjang tahun 2008 Pemkot Surabaya menerapkan pola kerja berbasis teknologi informasi meskipun realitasnya sebagian besar PNS masih berperilaku manual. Namun sekitar 18.000-an PNS, termasuk di kelurahan dan kecamatan, dipaksa menghadapi sistem akuntasi berbasis teknologi internet yang cenderung kompleks. Misalnya mereka dihadapkan pada sistem administrasi berbasis internet seperti E Bugetting, E.Project, E.Procurment, E.Delivery, E.Controll, dan E.Performance, yang kesemuanya ternyata tidak tersinkronisai secara konprehensif. Menyedihkan memang. Akibatnya nuansa kerja di lingkungan Pemkot Surabaya amburadul. PPKm (Pejabat Pembuat Komitmen) dan PPTk serta tim tidak dapat bekerja dalam format E Project, E Procurment, bahkan dalam E Performkance sekalipun. Muncul sikap egoisme sektoral yang memang bibit penyakit orang seorang pejabat di lingkungan Pemkot Surabaya sejak puluhan tahun lalu. Kini penyakit gagap teknologi dan egoisme menyatu, lingkungan kerja Pemkot Surabaya kian nestapa, dan akhirnya kesemua masalah itu terakumulasi pada prestasi ketidakmampuan Walikota Bambang Dwi Hartono dan Wawali Arif Afandi mengelola Pemkot Surabaya.(Tabloid Sapujagat.foto via detik.com )

Minggu, 21 Desember 2008

Bambang DH Versus Arif Afandi

Surabaya-Pemkot melantik 1.608 pejabatnya di halaman Taman Surya, Sabtu (20/12) sekitar pukul 09.00. Pelantikan dilakukan Walikota Bambang DH selaku kepala daerah. Adanya penambahan dinas dan badan kepegawaian baru, Pemkot Surabaya harus melakukan mutasi besar-besaran. Sebanyak 1.608 pejabat di lingkungan Pemkot Surabaya dimutasi. Perubahan itu dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah No 41 tahun 2007 tentang pengaturan perangkat daerah. Bila sebelumnya, dinas di Surabaya berjumlah 15, saat ini ditambah 3 dan menjadi 18 dinas. Perangkat lainnya, 9 badan dari 12 badan dan asisten Pemkot Surabaya menjadi 4 asisten yang awalnya hanya 3 asisten. Menurut Walikota Surabaya, Bambang DH, perombakan dinas dan badan ini menimbulkan dilema. Jika tidak dilakukan maka akan ada sanksi. Sanksinya adalah penundaan kenaikan pangkat dan juga penerimaan dana alokasi khusus (DAU). "Ancaman itu berpengaruh pada organisasi perangkat daerah. Mau tidak mau harus dilakukan," kata Bambang kepada wartawan di Balai Kota Surabaya Jalan Taman Surya dalam pelantikan pejabat lingkungan Pemkot Surabaya, Sabtu (20/12/2008). ditempat terpisah Kepala Badan Kepegawaian Kota (BKK) Pemkot, Dra Yayuk Eko Agustin mengatakan, perubahan OPD terkait dalam pelaksanaan PP 41/2007 mengharuskan semua kepala dinas, badan dan bagian menjalani pelantikan. Untuk itu semua pejabat harus dilantik walikota. Mengingat waktunya mepet dengan pergantian tahun anggaran, akhirnya pelantikan pejabat dilakukan bersamaan. “Ini pelantikan terbesar sepanjang sejarah kota,” katanya.. Komposisi kepala dinas di Lingkungan Pemkot Surabaya sebenarnya tidak mengalami perubahan yang berarti. Yang berubah adalah Kepala Dinas Pajak yang awalnya Endang Tjaturahwati digantikan oleh Purwito yang dulunya Kepala Bagian Pengelolaan Keuangan. Endang sendiri menjadi Kadis Perindustrian dan Perdagangan. Sedangkan Kepala Dinas Tata Kota awalnya Arief Darmansyah kini diganti oleh Hendro Gunawan(plt Kepala DinasTata Kota dan Bangunan). Arief sendiri menjadi Kepala Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah. Dinas yang baru adalah Dinas Komunikasi dan Informasi, Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan, ini gabunga dari Dinas Pajak dan Bagian Pengelolaan dan Dinas Pemuda dan Olahraga. Chalid Buhari sebagai Kadis Kominfo sedangkan M.Taswin yang menjabat Dinas Perindustrian dan Perdagangan menjabat sebagai Kadispora. Hary Tjahyono yang semula menjabat sebagai Kabag Humas dan Protokol menjadi Sekretaris Pemuda dan Olahraga. Sedangkan Kepala Bagian Hubungan Masyarakat, Kartika Indrayana mantan Camat Wonokromo. Perbedaan pendapat. Mutasi sebenarnya hal yang biasa dalam organisasi yang hidup. Selain bertujuan tour of duty, penyegaran,memberi pengalaman baru dan memberi tantangan pada pegawai. Dengan begitu mutasi tidak sekedar ditafsirkan sebagai bentuk promosi,namun bisa sebaliknya. Mutasi adalah bentuk nyata degradasi jabatan. Di lingkungan Pemkot Surabaya,penafsiran mutasi dalam bentuk promosi atau degradasi,bergantung pada suasana subyektif Walikota Bambang DH selaku pemegang kebijakan. Umumnya pejabat yang dimutasi punya hubungan benang merah,baik karena factor kenal, kerabat/famili pejabat,komunitas,kelompok,juga factor balas budi. Berbagai mutasi nyaris tidak menyentuh factor obyektif yang mengedepankan analisa dengan parameter dan indicator-indikator atas kemampuan pegawai. Bahkan stigma mutasi pejabat di Pemkot Surabaya hingga kini terkotak-kotak pada pemikiran premodial sempit dan cenderung berkelompok pada almamater. Ini yang disebut oleh Arif afandi beberapa waktu yang lalu sebagai Domain Politik Bambang DH lupa. Dia mengendalikan kota Surabaya,barometernya Indonesia Timur. Mestinya untuk kota sebesar itu dibutuhkan SDM yang selain memiliki technical skill prima, punya visi ke depan, pengalaman berorganisasinya baik, dan leadershifnya tak diragukan. Akhirnya suasana Pemkot Surabaya jadi gonjang ganjing. Dampak langsungnya, walikota tidak mendapatkan input-input segar, cerdik, dan membangun dari bawahanya. Situasi ini yang oleh Arif afandi ditolak mentah-mentah. Dalam setiap diwawancarai oleh media. Komentar walikota dan wakil walikota selalu berseberangan. Baik itu soal carut marutnya penataan reklame maupun soal pembangunan kota Surabaya. Di dampingi Wakil Walikota Arif Afandi, Bambang DH tidak mampu mengembangkan dirinya dalam kancah perubahan itu. Akhirnya terjadi friksi. Bambang DH memimpin Surabaya menurut visi dan misinya sendiri,begitu pula wakil walikota Arif Afandi sebaliknya.Apalagi Bambang DH dihegemoni pihak ketiga,yang tidak memiliki visi ke depan membangun kota Surabaya, kian meninggalkan Bambang DH yang seakan “hidup” dalam ketidakpastian.Celakanya lagi,pihak ketiga vested interesnya tinggi, cenderung mengedepankan keuntungan pribadinya.* oleh Bidot Suhariyadi.

Selasa, 16 Desember 2008

Abhisit Vejjajiva Harapan Baru Bagi Rakyat Thailand

MUDA dan cerdas. Sosok perdana menteri Thailand yang baru, Abhisit Vejjajiva (44), juga sering dijuluki ”Mr Clean” atau ”Tuan Bersih”. Itu karena reputasinya dalam politik yang terhitung bersih. Dia juga konsisten dalam kampanye antikorupsi. Lahir di Inggris tahun 1964 dan berpendidikan Oxford, Abhisit mendapat banyak dukungan dari kelas menengah berpendidikan di Bangkok, ibu kota Thailand. Dengan bermodalkan slogan ”Utamakan Rakyat”, dia mencoba meraih simpati rakyat Thailand. Meskipun belum memaparkan apa yang akan dia lakukan setelah menjadi PM, Abhisit dikenal sebagai pendukung pelayanan kesehatan gratis, upah minimum yang relatif lebih tinggi, serta pendidikan, buku teks, dan susu gratis bagi anak-anak. Tahun 2006, saat PM (waktu itu) Thaksin Shinawatra mengadakan pemilu dini, Abhisit berkampanye bahwa dia siap menjadi PM yang menganut prinsip pemerintahan yang baik dan beretika, bukan otoritarian. Saat Thaksin dikudeta oleh militer pada September 2006, Abhisit menyatakan penentangan. Tuntut kejujuran Abhisit menuntut standar kejujuran yang tinggi dari anggota Partai Demokrat yang dipimpinnya sejak tahun 2005. Dia juga meminta semua wakil Partai Demokrat di parlemen untuk mengungkapkan aset mereka dan keterlibatan mereka dalam perusahaan swasta. Dia diharapkan bisa membawa negara itu keluar dari krisis politik dan ekonomi. Setelah PM Somchai Wongsawat mundur, awal Desember, Abhisit langsung menyatakan siap mengambil alih kekuasaan. Para analis menilai, Abhisit akan menghadapi tantangan berat dalam pemerintahan. Dia harus berupaya menetralkan pendukung Thaksin yang mengancam akan turun ke jalan serta menjaga koalisi partai-partai kecil yang rentan, yang membawanya ke kekuasaan. ”Abhisit memang belum teruji. Itu bisa baik, bisa juga buruk. Dia memiliki catatan yang bersih. Dia berpendidikan tinggi, cerdas, dan berprinsip sehingga rakyat tampaknya akan memberi dia kesempatan,” kata Panithan Wattanayagorn, analis politik dari Chulalongkorn University. (Kompas.com/ap/bbc/fro)

Cita-cita Zaidi Melempar Bush Kesampaian

MUNTAZER al-Zaidi (28), Senin (15/12), mendadak terkenal. Dia bahkan dianggap sebagai "pahlawan", terutama oleh kelompok anti-AS dan anti-Presiden AS George W Bush, setelah melemparkan sepatu ke arah Bush, Minggu. Tidak ada yang tahu motif wartawan koresponden stasiun TV Al-Baghdadia di balik pelemparan sepatu itu. Zaidi tiba-tiba saja marah dan melemparkan sepatunya secara bergantian ketika Bush dan Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki bersiap-siap menjawab pertanyaan wartawan. Kolega-kolega Zaidi menuturkan, selama ini Zaidi kerap menyampaikan laporannya dari Distrik Sadr City, Baghdad, Irak. Daerah itu termasuk ”markas” tokoh radikal Syiah, Moqtada al-Sadr. Pernah diculik Bahkan, menurut teman-temannya, Zaidi pernah diselamatkan Tentara Mahdi, milisi Sadr, ketika diculik selama lebih dari dua hari oleh kelompok bersenjata, November 2007. Selama diculik, kedua matanya ditutup dengan kain dan tidak makan atau minum. Ia dipukuli hingga pingsan dan tidak pernah tahu identitas penculiknya. Ia dicerca dengan pertanyaan seputar pekerjaannya, tetapi kelompok itu tidak meminta uang tebusan. Rekan-rekan Zaidi mengakui, Zaidi membenci Bush dan menuding Bush bertanggung jawab atas pertumpahan darah di Irak setelah invasi AS tahun 2003. Tidak jelas apakah ia kehilangan anggota keluarga akibat gejolak kekerasan di Irak. Saking bencinya pada AS dan Bush, Zaidi disebut-sebut pernah ingin melancarkan serangan. Tidak jelas apakah itu serangan bersenjata atau hanya sekadar melempar sepatu. Namun, menurut rekannya di Al-Baghdadia kantor Baghdad, Zaidi memang sejak lama ingin melemparkan sepatunya ke arah Bush jika ada kesempatan. ”Ketika dia bilang ingin melakukan itu, kami semua tidak ada yang percaya. Dia membenci AS. Benci tentara AS. Benci Bush,” kata rekan Zaidi yang tidak mau disebutkan namanya itu. Lulusan Baghdad University itu telah bekerja di Al-Baghdadia selama tiga tahun. Salah seorang pejabat di Al-Baghdadia mengaku, keluarganya pernah ditahan pada masa rezim Saddam. Kini Zaidi ditahan Pemerintah Irak. Jika terbukti bersalah menghina kepala negara yang tengah berkunjung, ia terancam minimal hukuman dua tahun penjara atau 15 tahun penjara jika terbukti melakukan percobaan pembunuhan. (Kompas.com/REUTERS/AFP/AP/LUK)

Minggu, 14 Desember 2008

Ada Pemberedelan Koran di Surabaya.

Sejarah pembredelan koran soeara oemoem di surabaya oleh belanda. isinya dianggap menghasut. pemerintah punya kuasa mencabut ijin penerbitan jika mengganggu ketertiban umum. HARI ini, hampir 60 tahun yang lalu. Pada tanggal 23 Juni 1933, Gubernur Jenderal De Jonge menurunkan satu perintah: koran Soeara Oemoem di Surabaya dibredel. Seorang wartawan bernama Tjindar Boemi lima bulan sebelumnya menerbitkan sebuah tulisan tentang pemberontakan di atas kapal De Zeven Provincien. Isinya dianggap "menghasut". Yang menarik ialah bahwa tindakan itu tidak terjadi mendadak. Dalam buku Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia yang diterbitkan oleh Proyek Penelitian Pengembangan Penerangan Deppen pada tahun 1980, disebutkan bagaimana titah Gubernur Jenderal itu bermula dari laporan Procureur Generaal pada tanggal 10 Februari 1933. Dalam laporan itu disebut adanya perintah kepada yang berwajib di Surabaya untuk menahan Tjindar Boemi. Juga untuk "mendengar keterangan" dari pimpinan Soeara Oemoem, dr. Soetomo, dan menyuruhnya "menandatangani pernyataan setia". Ternyata, di zaman kolonial itu, perintah macam itu tak bisa dengan serta-merta efektif. Pada tanggal 3 Maret, Raad van Indie, semacam dewan perwakilan masa itu, menyatakan tak setuju bila dr. Soetomo harus menandatangani pernyataan setia. Raad van Indie menyarankan tindakan terhadap dr. Soetomo "ditunggu saja" sampai pemeriksaan terhadap Tjindar Boemi selesai. Menghadapi reaksi ini, pihak Procureur Generaal meminta Gubernur Jenderal, penguasa tertinggi di Hindia Belanda waktu itu, menerapkan peraturan pembredelan pers atau Persbreidel Ordonnantie. Tak lupa, di dalam saran itu disertakan kutipan dari sebuah tulisan di Soeara Oemoem yang dinilai "bisa mengganggu ketertiban umum". Empat hari kemudian, Raad van Indie akhirnya juga menyarankan agar peraturan pembredelan pers itu dikenakan terhadap koran yang dipimpin dr. Soetomo. Maka, dibredellah Soeara Oemoem. Penting rasanya untuk disebut bahwa pembredelan hanya bisa berlangsung selama delapan hari. Pasal 2 dari Persbreidel Ordonnantie menyebutkan bahwa Gubernur Jenderal berhak melarang pencetakan, penerbitan, dan penyebaran sebuah surat kabar paling lama delapan hari. Jika sesudah terbit koran itu masih dinilai mengganggu "ketertiban umum", larangan terbit bisa jadi lebih lama, tapi tidak lebih lama dari 30 hari berturut-turut. Zaman itu tampaknya memang zaman yang keras bagi pers, tetapi bukan suatu masa yang kacau kepastian. Buku sejarah yang diterbitkan oleh proyek penelitian dan pengembangan Deppen itu menegaskan hal itu, "Dengan adanya ketentuan itu, maka pihak surat kabar yang terkena tidak menunggu-nunggu tak menentu ...." Larangan terbit yang mendadak-sontak juga tak ada. "Paling tidak," tulis buku yang redakturnya adalah Sejarawan Abdurrachman Surjomihardjo itu pula, "tidak dilakukan begitu saja ... seperti geledek di siang bolong." Dengan jelas buku itu bahkan menyebutkan bahwa prosedur di zaman De Jonge lebih "rapi" daripada "yang terjadi sekarang" -- meskipun penilaian bahwa tulisan-tulisan tertentu "mengganggu ketertiban umum" sangat sepihak sifatnya. Semuanya, tulis buku sejarah itu, "hanya dilakukan oleh pihak penguasa dan tidak adanya kesempatan membela diri". Hari ini, sekitar 60 tahun yang lampau, mungkin bukan hari yang baik untuk belajar dari sejarah. Atau mungkin setiap generasi mempunyai pukulan-pukulannya sendiri. September 1957, ada 10 surat kabar dan tiga kantor berita serentak ditutup. Tetapi pembredelan yang luas yang pertama kalinya terjadi dalam sejarah pers Indonesia itu -- dilakukan oleh penguasa militer Jakarta Raya -- hanya berlangsung selama 23 jam. Betapapun, suatu babak baru tampaknya telah mulai: ada yang mencicipi enaknya dan ada yang mencicipi pahitnya. Pada 1 Oktober 1958 apa yang pernah berlaku di zaman penjajahan fasisme Jepang diberlakukan lagi di zaman kemerdekaan: setiap penerbitan harus mempunyai Surat Izin Terbit (SIT). Sebuah buku, Garis Perkembangan Pers Indonesia, yang diterbitkan oleh Serikat Penerbit Suratkabar pada tahun 1971 menyebut hal itu dengan muram, "Sejak 1 Oktober 1958, Sejarah Pers Indonesia memasuki periode hitam." "Tanggal 1 Oktober 1958," tulis buku itu, "dapat dikatakan sebagai tanggal matinya kebebasan pers di Indonesia. Surat kabar yang masih terbit sesudah itu harus mengikuti kehendak penguasa. Setiap waktu SIT dapat dicabut oleh Penguasa .... Sejak itu pers Indonesia bukan lagi sebagai salah satu lembaga demokrasi ...." Agaknya begitulah. Tanggal 24 Februari 1965, Menteri Penerangan membredel serentak 21 surat kabar. Alasan: mereka dituduh bersimpati kepada sesuatu yang terlarang, yakni "Badan Pendukung Sukarnoisme", sebuah organisasi yang menentang PKI. Dengan kata lain: mereka tidak sejalan dengan kehendak yang berkuasa. Mereka telah bersikap (untuk memakai tuduhan yang secara sepihak sering dilontarkan waktu itu) "kontrarevolusioner". Mereka harus "dibabat". Tidak ada lagi kepastian. Tidak ada lagi hak, bahkan untuk membeli diri. Sekian puluh tahun yang lalu, sekian puluh tahun kemudian .... (arsip/1991/07/majalah tempo/ Goenawan Mohamad)

Minggu, 07 Desember 2008

Tan Joe Hok punya Attainable Goal

Selalu punya cita-cita, punya tujuan. Sikap hidup inilah yang membuat Tan Joe Hok—satu-satunya pebulu tangkis anggota tim Piala Thomas 1958 yang masih tersisa—meraih sukses demi sukses dalam hidupnya. Bahkan, dalam usia senja sekalipun, ia masih punya cita-cita. Kita hidup, menurut Tan Joe Hok (71), memang selalu harus punya attainable goal, tujuan yang bisa kita capai. Kalau tidak punya cita-cita, itu sama halnya dengan kapal yang tanpa tujuan di tengah lautan, lalu limbung diombang-ambingkan ombak. Ketika ia masih kecil, misalnya. Mungkin sekitar umur 12 tahun. Si kecil Tan Joe Hok di Kampung Pasir Kaliki, Bandung, juga punya cita-cita sederhana, ”ingin hidup berkecukupan, bisa makan”. Maklumlah. Masa itu, setelah perang kemerdekaan, sungguh sebuah masa yang sangat sulit. Bisa makan pun masih untung. ”Saya bawa keinginan itu dalam doa, ’Ya Tuhan, bawalah saya kepada apa yang saya impikan, apa yang saya tuju...’,” tutur Tan Joe Hok. Si kecil Tan lalu merintis tujuannya itu melalui bulu tangkis. Berlatih di lapangan yang dibangun ayahnya, di depan rumah mereka. Dan, ikut bergabung di klub Blue White, Bandung, ketika ia ditawari Lie Tjuk Kong. Siapa tahu bisa berkecukupan dari bulu tangkis.... Tentu bukan tanpa upaya untuk meraih cita-citanya. Ia biasa berlatih keras dari pagi-pagi buta (sampai sekarang pun Tan Joe Hok terbiasa bangun pukul 04.15 dan senam di gym pribadinya untuk tetap menjaga kebugarannya di usia senja, di rumahnya di kawasan Jalan Mandala, Pancoran, Tebet, Jakarta). Pintu menuju tujuan sederhananya mulai terkuak lima tahun kemudian di Surabaya tahun 1954. ”Saya mengalahkan Njoo Kiem Bie dan tampil sebagai juara nasional pada usia 17 tahun,” katanya. Setelah sukses pertamanya itu, pintu-pintu cita-cita seperti mulai terbuka. ”Saya mulai diundang ke kanan, ke kiri, dan saya pun diundang ke India bersama (pasangan juara All England) Ismail bin Mardjan dan Ong Poh Lin,” tutur Tan. Mulailah Tan pergi keliling India—ke Bombay, New Delhi, Calcutta, Ghorapur, Jabalpur, dan kota lainnya di India. Keliling lebih dari setengah bulan, pulangnya mampir di Bangkok dan Singapura (Malaya, waktu itu). ”Ismail tidak hanya menjadi kawan seperjalanan saya, tetapi juga sahabat saya,” ungkap Tan Joe Hok, tentang pemain Melayu itu. Dari mulut Ismail pula terembus cita-cita kedua Tan Joe Hok yang mulai ”bisa hidup berkecukupan”. ”Ismail bin Mardjan bilang kepada saya, ini saya tak akan lupakan, ’Eh, Joe Hok, kamu akan menjadi yang terbaik di dunia. Asalkan kamu latihan keras seperti sekarang. Tetapi jangan hidupnya kayak saya ini...’,” tutur Ismail bin Mardjan. Ketika mampir di rumah Ismail di Malaya, barulah mengerti apa arti kata Ismail ”jangan hidupnya kayak saya”. ”Jangan bayangkan Singapura seperti sekarang ini. Rumah Ismail ada di kampung, kotor, dan sungainya hitam, berbau,” tutur Tan. Sore hari, pukul 18.00, Ismail selalu pamit kepada Tan Joe Hok. Ternyata, guna menyambung hidupnya, sang juara All England itu harus bekerja jadi petugas satpam, dari pukul 6 petang sampai pukul 6 pagi. ”Doa” Ismail kepada Tan Joe Hok itu rupanya terwujud. ”Saya kerja keras dan rupanya doa itu dikabulkan. Saya diundang ke (kejuaraan bulu tangkis paling bergengsi—sebuah kejuaraan dunia tak resmi) All England, ke Kanada dan Amerika Serikat. Ketiga-tiganya saya juara dalam kurun waktu sekitar tiga minggu,” tutur Tan Joe Hok. Tak hanya berhasil tampil sebagai orang Indonesia pertama yang mampu juara All England, pada tahun 1959, Tan Joe Hok rupanya juga memikat publik di Amerika Serikat. ”Saya dimasukkan di majalah Sports Illustrated,” tutur Tan Joe Hok. Majalah itu masih rapi disimpannya dan, memang, profil Tan Joe Hok menghiasi dua halaman majalah tersebut, terbitan 13 April 1959. ”Wonderful World of Sports. Tan Joe Hok Takes Detroit...”, tulis majalah tersebut. Ada satu foto besar Tan Joe Hok yang berselonjor dengan kedua telapak kaki telanjangnya melepuh-darah, blood-blister, setelah menjuarai AS Terbuka. ”Ketika dioperasi, isinya darah dan nanah,” tutur Tan Joe Hok. Hadiah juaranya? Tan Joe Hok mendapat kesempatan untuk meninjau pabrik mobil di Detroit. Cita-cita apa lagi? Menurut Tan Joe Hok, semua impiannya sejak masa kecil dan juga ketika remaja sudah tercapai semua. Cita-cita berikutnya, Tan Joe Hok ingin menggapai sukses dalam studi. Sejak tahun 1959 itu, Tan Joe Hok studi di Texas, memenuhi beasiswa dari Baylor University Jurusan Premedical Major in Chemistry and Biology. ”Antara tahun 1959-1963 (saat menyelesaikan studi di Baylor), saya masih sempat pulang untuk mempertahankan Piala Thomas 1961 di Jakarta serta 1964 di Tokyo. Tahun 1962, saya juga pulang untuk Asian Games,” kata Tan Joe Hok, yang menjadi atlet bulu tangkis pertama yang meraih medali emas di arena Asian Games. Meski demikian, ada juga ”pengorbanan” yang dilakukan Tan Joe Hok untuk bulu tangkis. Gara-gara ia harus pulang untuk mempertahankan Piala Thomas di Tokyo 1964, studi S-2-nya di Baylor gagal lantaran kurang empat jam kredit (credit hours), maka dia tak lulus, tutur Tan Joe Hok. Situasi konfrontasi, Bung Karno mencanangkan ”Ganyang Malaysia” dan ”Ganyang Antek Imperialis”, membuat Tan Joe Hok mengurungkan niatnya untuk kembali ke AS meneruskan studi S-2. Ia lalu tinggal di Tanah Air. ”Apa kata Bung Karno, saya nurut saja. Saya malah sempat main di perbatasan Kalimantan sampai ke Mempawah, menghibur sukarelawan kita di medan perang,” ungkap Tan Joe Hok. ”Dulu Ganyang Amerika, eh, tahun 1965 giliran Ganyang China. Dampaknya, kita yang nggak ngerti apa-apa jadi kena,” tutur Tan Joe Hok. Di pelatnas Senayan pun terjadi perubahan drastis. Suatu siang, di flat atlet—kini Plaza Senayan—Kolonel Mulyono dari CPM Guntur, Jakarta Pusat, mengumpulkan para atlet. ”Kami semua disuruh ganti nama begitu saja. Pak Mulyono yang tentukan,” tutur Tan. Maka, anggota-anggota Piala Thomas pun ”diberi nama” Indonesia, Ang Tjing Siang menjadi Mulyadi, Wong Pek Sen menjadi Darmadi, Tan King Gwan menjadi Dharmawan Saputra, Lie Tjuan Sien menjadi Indra Gunawan, Tjiong Kie Nyan menjadi Mintarya, Lie Poo Djian menjadi Pujianto, dan Tjia Kian Sien menjadi Indratno. ”Saya diberi nama Hendra oleh (Panglima Kodam Siliwangi) HR Dharsono. Kartanegara saya karang sendiri, pokoknya ada ’tan’- nya,” papar Tan Joe Hok. Ternyata tak sesederhana pergantian nama. Perlakuan terhadap Tan Joe Hok dan kawan- kawannya itu ternyata ”dibedakan”. Mengurus KTP dan paspor, mereka harus menunjukkan bukti Surat Bukti Kewarganegaraan RI (SBKRI) meski nyata-nyata bertahun-tahun mereka sebenarnya telah berjuang untuk negeri ini. Itulah namanya dinamika hidup, terkadang manis, ada waktunya pula pahit-getir.(sumber Kompas/foto:Yuniadhi Agung,Kompas Images)

Minggu, 30 November 2008

Komentar yang tidak populis Yusuf Kalla

Menolong Bos Yes, Menolong Rakyat No! TEMPO Interaktif, Jakarta: "Masak, Bakrie hanya sedikit dibantu satu-dua hari tidak boleh. Tidak ada diskriminasi. Itu terlalu kecil bantuannya kalau hanya minta tolong diawasi jika dibanding yang lain," ujar Wakil Presiden Jusuf Kalla seperti ditulis Koran Tempo, 15 November 2008. Pernyataan itu sekaligus sebuah pengakuan bahwa pemerintah benar-benar telah menolong PT Bumi Resources, salah satu bagian Grup Bakrie, dari kebangkrutan. Dalih nasionalisme pun dilontarkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk membenarkan tindakan tersebut. Logika yang dipakai adalah Grup Bakrie merupakan perusahaan nasional, maka wajar dibantu, apalagi korporasi tersebut juga merupakan pembayar pajak di negeri ini. Mungkin Wakil Presiden lupa bahwa bukan kali ini saja pemerintah "menolong" Grup Bakrie. Saat Lapindo, yang merupakan bagian dari Grup Bakrie, mengalami konflik dengan penduduk lokal Sidoarjo akibat semburan lumpur panas, pemerintah juga dengan sigap menolongnya. Di saat ribuan warga Sidoarjo terusir dari tempat tinggalnya dan hidup dalam kondisi lingkungan yang buruk akibat semburan lumpur Lapindo, pemerintah dengan cepat mereduksi persoalan ganti rugi yang harus ditanggung oleh Lapindo menjadi sekadar jual-beli aset fisik korban. Akibatnya, kerugian warga yang berupa meningkatnya biaya kesehatan akibat semburan lumpur Lapindo tidak masuk hitungan. Padahal fakta di lapangan menunjukkan semburan lumpur panas itu telah berdampak buruk bagi lingkungan hidup dan kesehatan. Akhir Agustus lalu, beberapa korban lumpur Lapindo mendatangi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia untuk melakukan mediasi dengan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, yang juga Dewan Pengarah dari Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo. Dengan disaksikan oleh anggota Komnas HAM dan beberapa wartawan, korban Lapindo mengeluhkan buruknya kondisi lingkungan hidup dan kesehatan setelah semburan lumpur panas muncul di Sidoarjo. Polusi udara dan sulitnya air bersih adalah bagian yang dikeluhkan warga pada saat itu. Menurut penuturan korban Lapindo, beberapa warga, bahkan anak balita, pun telah menjadi korban buruknya kondisi lingkungan hidup di kawasan Porong, Sidoarjo. Pada saat itu Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto berjanji akan menindaklanjuti keluhan warga korban Lapindo atas buruknya kondisi lingkungan hidup, di antaranya dengan memberikan air bersih. Namun, hingga tulisan ini dibuat, janji itu belum terwujud. Bahkan, dalam sebuah diskusi di Jakarta beberapa waktu yang lalu, salah satu anggota komisioner Komnas HAM, Ridha Saleh, mengatakan hasil mediasi tersebut di lapangan adalah nol besar alias tidak dilaksanakan. Bayangkan, setelah Lapindo "dibebaskan" dari mengganti rugi dampak buruk lumpur panas bagi lingkungan hidup dan kesehatan, pemerintah pun enggan melaksanakan hasil mediasi dengan korban Lapindo untuk menyediakan air bersih bagi korban Lapindo. Bukan itu saja kenikmatan yang diperoleh salah satu bagian Grup Bakrie tersebut. Sebelumnya, pemerintah juga, tanpa merasa bersalah, mengambil miliaran rupiah uang rakyat yang ada di APBN untuk ikut merehabilitasi infrastruktur dan kerugian publik lainnya di luar peta dampak yang seharusnya tak menjadi kewajiban pemerintah. Kucuran uang rakyat itu 100 persen gratis karena tidak ada kewajiban bagi Lapindo untuk menggantinya di kemudian hari. Bahkan, jika dirunut ke belakang, pertolongan pemerintah kepada Lapindo itu telah ada jauh sebelum muncul semburan lumpur. Bagaimana tidak, Peraturan Daerah Mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sidoarjo Tahun 2003-2013 sebenarnya dengan jelas menyatakan bahwa kawasan Porong, khususnya wilayah Siring, Renokenongo, dan Tanggulangin, adalah wilayah permukiman dan budidaya pertanian. Namun, dengan berbagai argumentasi yang seakan-akan ilmiah dan masuk akal, RTRW Kabupaten Sidoarjo itu pun dilanggar. Izin untuk melakukan eksplorasi pertambangan di kawasan padat penduduk pun dikeluarkan. Akibatnya, bukan gas yang keluar, melainkan justru semburan lumpur panas yang muncul. Di saat semburan lumpur semakin besar dan dampak lingkungan semakin luas, dengan tanpa merasa bersalah pemerintah kembali menggelar karpet merah bagi Lapindo. Dari uraian di atas, dengan jelas terlihat perbedaan perlakuan yang dilakukan pemerintah terhadap Grup Bakrie di satu sisi dan terhadap rakyat jelata di sisi lainnya. Begitu mudahnya tangan pemerintah diulurkan untuk menolong Grup Bakrie, namun begitu sulitnya tangan yang sama terulur untuk menolong rakyatnya yang menjadi korban lumpur Lapindo di Sidoarjo. Padahal korban Lapindo seharusnya lebih pantas mendapat pertolongan daripada sebuah korporasi yang telah bergelimang kekayaan. Kini korban Lapindo masih hidup di pengungsian dan rumah-rumah kontrakan, sementara pemilik korporasi yang ditolong pemerintah itu tetap tinggal dengan nyaman di rumah mewah dengan segala fasilitasnya. Kebijakan pemerintah yang telah menolong Grup Bakrie untuk kesekian kalinya ini tak lebih merupakan ketidakadilan yang dipertontonkan kepada 200 juta lebih rakyat Indonesia secara telanjang. Sebagai rakyat yang memiliki kedaulatan di negeri ini, tentu kita harus bersikap atas hal itu. Pada Pemilu 2009, pejabat yang menjadi aktor ketidakadilan tersebut sudah saatnya tidak diberi kesempatan lagi memimpin negeri ini. *Firdaus Cahyadi, pengamat lingkungan hidup, tinggal di Jakarta(Sumber Tempo,Foto:via Andi Noya)

Selasa, 25 November 2008

Pesan Politik

"Nasibmu dalam hal ekonomi bersumber dari kebijakan politik dan pemerintahan... Jika kamu tak berpolitik, kamu akan diPolitiki oleh para politisi dan penipu rakyat!!!" (gambar:Plato wikimedia.org via google.com)

Refleksi Diri

Mengapa harus sombong dengan kekayaan yang kita miliki, karena kekayaan tiada berguna sama sekali, lebih baik menghidupkan lagi rasa toleransi yang ada pada diri untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik.*Sumber dan Foto Via Andi Noya (kick andy)

Selasa, 11 November 2008

Terri Hunter, Bersegama dengan 1000 pria

Meski menolak disebut sebagai pekerja seks komersil (PSK), Terri Hunter mengaku telah tidur dengan 1.000 pria dan dapat berhubungan badan hingga lusinan kali dalam sehari. "Saya bukan PSK," aku perempuan berusia 25 tahun itu walaupun ia mengakui tak kuasa terhadap dorongan seks yang menghimpitnya. Perempuan yang juga mempunyai sebutan Randy Terri itu mencari pasangan, termasuk pria yang telah berumah tangga, untuk memuaskan hasratnya itu melalui internet. Manajer customer service di Inggris ini mengaku tak memilih penampilan para pria yang diajaknya berhubungan badan selama mereka bersedia memenuhi keinginannya. "Itulah bagian yang memprihatinkannya - luapan keinginan berhubungan seks telah menutup mata kendali diriku," jelas Terri yang berasal dari Dagenham, Essex. "Aku tak perduli bagaimana hubungan itu berlangsung dan seperti apa rupa para pria yang kukencani. Bonus buatku apabila ternyata para pria itu kaya." Terry mengungkapkan telah menjadi budak dari hasrat yang sulit dikendalikannya sejak kehilangan keperawanannya pada usia 17. "Sejak saat itu aku sulit untuk mengekang keinginanku itu. Aku telah melakukannya dengan ratusan dan bahkan ribuan pria. Aku tak menghitungnya karena aku bukan PSK - aku hanya ingin memuaskan nafsu." "Sebagian besar orang menggambarkan aku sebagai orang baik-baik dan menarik. Aku tidak merokok, jarang minum minuman keras, tak pernah menggunakan obat bius tetapi aku telah tidur dengan hampir seribu pria." Terri mengaku telah berusaha mengatasi ketergantungannya itu dengan berkonsultasi bersama psikiater dan mengikuti terapi. Obat antidepresi yang diresepkan untuk dirinya tetap tak dapat mengendalikan keinginannya berhubungan seks. Bahkan Terri mengaku justru terjebak oleh keinginan untuk berhubungan seks dengan psikiater maupun ahli terapi yang ditemuinya. Meskipun mempunyai nafsu seks tak terkendali, Terry berhasil menjaga hubungan dengan kekasihnya, Wayne, selama 2 bulan terakhir. Namun, Terry mempunyai komentar tersendiri tentang hubungan dengan kekasihnya itu. "Kusadari kalau nafsuku yang tak terbendung mungkin suatu saat nanti akan menghancurkan hubunganku itu seperti yang terjadi sebelumnya."(sumber via yahoo.com)

Jumat, 07 November 2008

Obamafest

Keberhasilan Barack Obama dari Partai Demokrat memenangi Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) pada hari Rabu, pekan lalu (5/11), tiada habisnya dirayakan. Tak hanya oleh pendukungnya di dalam negeri, tapi juga di seluruh dunia. Di Kenya, tempat Presiden AS pertama yang berkulit hitam ini dilahirkan, langsung menetapkan hari terpilihnya Obama itu sebagai hari libur nasional. Di negara-negara Eropa, suasana perayaannya digambarkan seperti Octoberfest; ada musik dan semua orang bergembira. Sebut saja yang ini Obamafest. Suasana seperti ini ternyata juga bisa dirasakan di Indonesia. Maklumlah, sang Presiden pernah bersekolah di SDN Menteng 1 Jakarta Pusat. Pun seluruh ‘Civitas Akademika’ di sekolah itu, pada Rabu lalu, turut merayakan keberhasilan salah satu bekas siswanya yang terpilih jadi presiden di negeri adidaya itu. Kantor berita Perancis, AFP, melaporkan (5/11), mantan teman-teman sekelas ‘Barry’, sapaan akrab Barack Obama semasa bersekolah di SDN Menteng 1, turut merayakan keberhasilannya ini dan berharap suatu saat nanti bisa mengadakan reuni di Gedung Putih, Washington DC. Kabarnya pula Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga turut berbangga atas kemenangan ‘Anak Menteng’ yang satu ini dan berharap bisa turut memberikan perubahan bagi Bangsa Indonesia. Ya, ‘perubahan’! Itulah slogan kampanye Obama dalam perjalanannya melangkah ke Gedung Putih. Lengkapnya ‘Change, Yes It Can’! Bukan ‘Coblos Brengose’, ‘Coblos Jenggot Putih’ ataupun semacam tema-tema kampanye narsis dan kampungan lainnya seperti yang selama ini marak bertebaran di jalan-jalan pada musim Pemilu atau Pilkada di tanah air. Tema ‘perubahan’ yang ditawarkan Obama inilah yang berhasil menarik simpati sebagian besar warga AS yang ternyata juga memimpikan perubahan. Atas tema ini pula Obama kemudian juga digadang-gadang oleh masyarakat Internasional sebagai sosok yang diharapkan bisa mengubah citra AS yang selama ini dipandang buruk. Terlepas dari itu semua, yang jelas, kemenangan Obama dalam meraih kursi Presiden AS telah memberi suatu semangat bagi warga dunia, termasuk Indonesia. Minimal, mendekati Pemilu 2009, terbukti telah banyak dijumpai politikus muda yang sudah mulai meniru gaya-gaya Obama. Itu sah-sah saja. Tapi, yang terpenting, jangan terlalu larut dengan prestasi yang baru saja diraih Obama. Sekadar ikut berbangga boleh saja dan hendaknya jangan terlalu banyak berharap sesuatu yang terlalu signifikan dari kemenangan Obama ini, khususnya terkait dengan hubungan bilateral Indonesia - AS. Terlebih Obama pasti akan disibukkan oleh urusan negaranya sendiri yang sedang dilanda krisis moneter. Hal ini juga dimaksudkan agar kita tidak terlalu kecewa seandainya selama Barack Obama memimpin dunia dan ternyata Indonesia masih tetap didikte oleh AS. Maka sebaiknya Indonesia jangan terlalu banyak berharap pada orang lain. Percaya diri sajalah dan banyak-banyak berbenah diri demi terwujudnya perubahan di negeri Indonesia yang tercinta ini!(tajuk Suara Publik)

Kamis, 06 November 2008

Seng Ada Lawan

Surabaya - KPU Jawa Timur telah mengumumkan daftar calon peserta Pemilu tahun 2009 untuk Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang akan mewakili Jawa Timur. Sebanyak 30 nama telah ditetapkan KPU Jatim sebagai calon anggota DPD setelah mendapatkan surat keputusan dari KPU Pusat. Di antara 30 nama tersebut, terdapat satu sosok unik bernama Abdul Jalil Latuconsina. Abdul Jalil Latuconsina yang akrab dipanggil Abah Jalil ini merupakan satu-satunya calon DPD yang di Pemilu 2004 lalu sudah ikut berlaga. Sayang, meski sudah mampu meraup 670 ribu suara pemilih, ia tidak bisa lolos mewakili Jawa Timur sebagai anggota DPD. Sedangkan 29 calon lain tampaknya merupakan muka-muka baru. Lebih unik lagi bila sudah berbicara penampilannya. Pria kelahiran Ambon 55 tahun lalu itu, sangat mirip dengan sosok Osama Bin Laden, musuh nomor satu Amerika. Dengan rambut putih tergerai dan jenggot putih menjuntai panjang, siapa pun yang melihat pasti akan tertarik untuk memperhatikan tampilannya yang beda. “Ya ini tampilan terbaru saya, agar mudah diingat warga”, katanya mengomentari penampilannya. Tidak jarang juga, ketika sedang berjalan-jalan di mall, anak-anak kecil sering menyebutnya mirip dengan tokoh khayal Sinterklas atau Santa Klaus. Atau juga tokoh penyihir aliran putih, Gandalf, dalam film trilogi Lord of The Ring. Gandalf si penyihir baik hati itu memang tampil dengan menunggang kuda putih, berjubah putih, jengot putih dan rambut putih tergerai. Namun Jalil Latuconsina bertekad untuk ikut pemilu 2009 sebagai calon DPD bukan hanya maju bermodal tampangnya yang unik dan menarik. Sejarah panjangnya dalam organisasi dan dunia aktivis menjadi modal utamanya. “Saya kira, masyarakat Jatim akan mendukung saya. Terbukti saat pemilu 2004, saya memperoleh suara siginifikan kendati tanpa kampanye berlebihan dibanding calon anggota DPD lainnya” kata Jalil. Pria yang sejak 35 tahun lalu tinggal di Surabaya ini, merupakan salah satu aktivis mahasiswa angkatan ’78 yang getol mengkritisi kepemimpinan Soeharto. Ia bersama beberapa aktivis yang kini juga menjadi tokoh Jatim seperti Choirul Anam (Ketua DPP PKNU) dan Ali Maschan Moesa (mantan Ketua PWNU dan cawagub Jatim), memimpin pergerakan mahasiswa di Jawa Timur era 1970-an.Akibat kekritisan dan keberaniannya menentang rezim Soeharto, menyebabkan Jalil sempat merasakan pengapnya dinding penjara. Namun itu semua tak pernah menyurutkan langkahnya. Bahkan, di penjara pun ia masih berani memimpin demonstrasi. Semangatnya untuk mengingatkan rezim Orde Baru agar tak kelewat batas dalam melanggengkan kekuasaan, malah semakin kuat setelah keluar dari hotel prodeo. Ia kemudian malah tercatat menjadi anggota termuda dan satu-satunya dari Jawa Timur sebagai penanda tangan Petisi 50 yang diprakarsai Alm. Ali Sadikin dan Jendral AH Nasution. Anggota Petisi 50 lain yang cukup terkenal karena keberaniannya adalah AM Fatwa yang kini menjadi anggota DPR RI.Tak heran bila kemudian di dunia politik Jawa Timur maupun nasional, Jalil Latuconsina cukup dikenal. Meski tidak pernah menjadi anggota partai politik, hampir semua pimpinan partai politik di Jawa Timur mengenal sepak terjangnya. Ia dikenal sebagai sosok yang independen, punya tekad dan keberanian yang besar.Jalil Latuconsina sempat pula terjun ke dunia bisnis di akhir 1980-an sampai 1990-an. Bahkan di tahun 1994, ia terpilih untuk memimpin HIPMI Surabaya. Tapi kemudian dunia itu ia tinggalkan, setelah pada tahun 2000 terjun ke dunia pers dengan menerbitkan Tabloid Sapujagat yang sangat kental dengan karakter pribadinya yang idealis, independen dan berani. (Sumber:elka Foto via Jakarta Prees)

Minggu, 02 November 2008

Allah Maha Besar

الحب في الله والبغض فى الله بسم الله الرحمن الرحيم Dan wajib bagi kamu untuk mencintai atau membenci seseorang karena الله, karena yang demikian itu termasuk tali pengikat iman. Telah bersabda رسول الله SAW : افضل الاعمال الحب في الله والبغص فى الله تعالى Amal yang paling utama adalah cinta karena الله dan marah karena الله Apabila engkau mencintai seseorang yang ta’at kepada الله dan melihat semata-mata karena ketaatannya kepada الله bukan karena motivasi yang lain, demikian pula apabila engkau membenci seseorang yang bermaksiyat, dan kebencian itu timbul semarta-mata karena keadaan orang itu yang bermaksiyat kepada الله bukan karena alasan lain, maka anda termasuk orang yang الحب فى الله والبغض فى الله (orang yang mencintai atau membenci karena الله). Apabila di dalam hatimu tidak terdapat kecintaan kepada orang yang ahli berbuat kebajikan, atau kebencian terhadap orang yang berbuat zalim yang diperbuatnya, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya engkau termasuk orang yang lemah iman. Dan wajib bagimu untuk bersahabat dengan orang-orang yang baik dan menjauhi orang yang berperangai buruk, dan wajib pula engkau berkumpul (مجالسة) dengan orang-orang saleh dan menjauhi orang zalim.
Telah bersabda رسول الله SAW:
yang artinya bahwa agama seseorang itu sebagaimana agama temannya, maka lihatlah diantara kamu sekalian kepada siapa ia berteman. Dan telah bersabda رسول الله SAW, : الجليس الصالح خير من الوحدة والوحدة خير من الجليس السؤ Berkumpul dengan orang saleh itu leih baik daripada sendirian. Dan sendirian itu lebih baik daripada berkumpul dengan orang jahat. Dan ketahuilah bahwa berkumpul dengan orang saleh dan duduk-duduk bersama mereka akan menumbuhkan kecintaan kepada kebajikan di dalam hati, dan menjadi penolong untuk memudahkan melaksanakan kebajikan tersebut sebagaimana berkumpul dengan orang jahat dan duduk bersama mareka akan menumbuhkan di dalam hati kecintaan kepada kejahatan dan senang melakukan kejahatan. Memang demikianlah keadaannya bahwa orang yang berkumpul dengan suatu kaum dan hidup ditengah-tengah mereka sudah pasti akan mencintai mereka, sama saja kaum itu baik atau buruk. Dan seseorang itu selalu bersama dengan orang yang dicintainya, di dunia maupun di akhirat. Dan wajib bagi kamu untuk memiliki sifat kasih sayang kepada hamba الله dan perasaan belas kasihan kepada semua makhluk الله. Jadilah engkau orang yang memiliki sifat رحيم dan welas asih dan penuh persahabatan dan takutlah kamu dengan sifat keras hati, atau kotor, cabul, kasar. Sesungguhnya hamba yang dikasihi الله adalah mereka yang bersifat belas kasih. Dan orang yang tidak memiliki belas kasih maka ia tidak akan dikasihani. Dan sesungguhnya orang mukmin itu saling cinta-mencintai, tidak ada kebajikan bagi siapa yang tidak cinta mencintai. Dan wajib bagi kamu untuk mengajar orang yang tidak mengerti dan memberi nasihat kepada orang zalim, memberi peringatan kepada orang-orang yang lalai, dan jangan engkau abaikan hal itu karena engkau berpendapat , “Sesungguhnya tugas itu adalah bagi mereka yang memiliki ilmu dan mengamalkannya sedangkan aku tidaklah demikian”. Atau kamu berkata, “sesungguhnya aku ini bukanlah orang yang ahli dalam memberi nasihat atau petunjuk dan yang demikian itu adalah tugas orang –orang mulia”. Yang demikian itu adalah perbuatan syaitan karena sesungguhnya at’lim dan tadzkir itu adalah termasuk dalam jumlah mengamalkan ilmu. Dan para ulama besar اكابرtidak lah mereka menjadi ulama melainkan karena anugerah dari الله SWT, dan karena ketaatan kepada-Nya serta karena mereka memberikan nasihat kepada hamba الله untuk ditunjukkan ke jalan-Nya. Dan wajib bagi kamu untuk menambal hati yang retak dan mempergauli dengan baik kepada orang-orang yang lemah dan miskin, dan menghibur orang yang kekurangan dan memberikan kemudahan orang-orang yang mengalami kesulitan, dan memberi pinjaman kepada orang mengalami kesulitan. Dan wajib bagi kamu untuk bertakziyah kepada orang yang tertimpa musibah.
Sebagaimana sabda رسول الله SAW : من عزي مصابا أي صبره كان له مثل اجره Barang siapa yang berbela sungkawa kepada orang yang tertimpa musibah maka pahalanya sama seperti orang yang tertimpa musibah tersebut. Dan janganlah engkau bersenang hati atas musibah yang menimpa seorang muslim.
Telah bersabda رسول الله SAW : ولاتظهر الشماتة بأخيك فيعافيه ويبتليك Janganlah engkau perlihatkan kesukaan atas musibah saudaramu maka الله akan mengampuninya dan akan memberikan cobaan kepadamu. Dan janganlah kamu menyiarkan kesalahan orang islam karena tiada sekali kali seseorang membentangkan aib seseorang melainkan ia tiada mati kecuali akan dicoba dengan yang demikian. Dan wajib bagi kamu untuk membahagiakan hati orang yang sedang mengalami kesusahan, dan memenuhi hajat orang yang membutuhkan dan menutupi aib orang lain. Telah berasbda رسول الله SAW : من يسر على معسر يسر الله عليه ومن ستر مسلما ستره الله فى الدنيا والاخرة ومن فرج عن مسلم كربة من كرب الدنيا فرج الله عنه كربة من كروب يوم القيامت ومن كان في حاجة اخيه كان الله في حاجته و الله في عون العبد ماكان العبد في عون أخيه Barang siapa yang memudahkan orang yang kesulitan maka الله akan memudahkan urusannya. Barang siapa yang menutup aib orang islam maka الله akan menutip aibnya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menghilangkan kesusahan orang islam dari beberapa kesedihan dunia maka الله akan menghilangkan kesusahannya dari beberapa kesedihan hari kiayamat. Dan barang siapa yang memenuhi hajat orang islam maka الله akan memenuhi hajatnya. Dan الله akan menolong seorang hamba selama ia mau menolong saudaranya. Sumber kitab Risalah al-Muawwanah karya Al-Habib AbduLlah bin ‘Alawy Al-Hadad رضي الله عنه

Pedophilia

Pemberitaan selama sepekan kemaren tentang Syeh Puji yang menikahi bocah 12 tahun cukup mengagetkan. Atas perilakunya itu dia dicibir oleh ibu-ibu se-Indonesia. Kaum perempuan pun kian muak tatkala pimpinan Pondok Pesantren di Semarang ini mengaku mau kawin lagi dengan bocah yang berusia 6 atau 7 tahun. Tapi dia tampak cuek dengan respon masyarakat yang rata-rata menghujatnya habis itu. Alasan agama dipegangnya kuat-kuat. Begitulah Indonesia, segala persoalan selalu membawa-bawa agama. Padahal bangsa ini bukanlah negara Islam (atau agama tertentu lainnya). Dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Tapi apa boleh buat, dalam prakteknya selalu saja dicampur-aduk antara urusan agama dan kenegaraan. Kalau di negara maju, sebutlah Amerika Serikat, misalnya, Syeh Puji pasti sudah dijerat dengan UU Pedophilia. Penyanyi pop legendaris, Michael Jackson, sudah berkali-kali disidang menggunakan UU tersebut terkait perilaku seksnya yang menyimpang sebagai pedofil. Indonesia memang tidak punya UU Pedophilia bagi warganya yang memiliki kelainan perilaku seks seperti Michael Jackson yang sangat merugikan bagi perkembangan anak-anak yang menjadi korbannya itu. Namun begitu bukan berarti Syeh Puji lantas bisa mengawini anak-anak yang dia mau seenak udelnya sendiri. Apalagi, dengan iming-iming janji kepada si-anak kalau sudah gede nanti mau dijadikan manajer di salah satu perusahaannya, maka dia telah sekaligus melanggar tiga UU yang berlaku di Indonesia. Yaitu UU RI No. 1/ 1974 tentang Perkawinan, UU RI No. 23/ 2002 tentang Perlindungan Anak dan UU RI No. 13 tentang Ketenagakerjaan. Silahkan cari sendiri isi termasuk hukuman dan denda bagi para pelaku yang melanggar UU tersebut di perpustakaan terdekat---sebab kalau dicuplik di sini nanti topiknya bisa tambah panjang tak karuan. Yang jelas, di Indonesia, Syeh Puji hanyalah salah satu contoh kasus pedofil yang muncul di permukaan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia punya data, sepanjang tahun 2007, ada sekitar 34,7% anak-anak Indonesia yang putus sekolah SD dan SMP karena menikah. Namun, kalau mau belusukan ke desa-desa di seantero pelosok negeri, pasti akan ditemukan lebih banyak fakta lagi tentang anak-anak (di bawah usia 16 tahun) yang sudah dikawin oleh lelaki yang sebenarnya lebih pantas disebut sebagai bapak atau bahkan embahnya itu. Adapun faktor utama yang melatarbelakangi maraknya kasus pedofil ini sebenarnya cuma dua. Yaitu mitos awet muda untuk si bandot tua dan (keluarga) anak miskin yang butuh uang. Celakanya, Indonesia justru menjadi tempat persembunyian yang nyaman bagi para pedofil se-dunia dan itu sudah menjadi rahasia umum. Konon sebagian besar bule datang ke Bali selain untuk pesiar sekaligus hunting bocah untuk dipedofil. Ini karena UU Pedophilia di negara asal para bule tersebut telah dipatuhi dan dijalankan dengan sangat super ketat. Jangankan untuk mengawini bocah ingusan, di negara maju (kawasan Amerika dan Eropa, misalnya), mencolek anak kecil saja bisa dikenai pasal molesting. Terlebih men-spanking pantat si Anak bisa dituduh abuse. Apalagi memperkosa, bisa-bisa berakhir di hotel prodeo!!! Bocah yang dikawinkan atas persetujuan keluarga pun orang tuanya juga bisa sekalian kena hukum. Indonesia, kendati tidak memiliki UU Pedophilia, toh masih memiliki sebanyak tiga UU yang bisa melindungi anak-anak dari para pedofil seperti tersebut di atas tadi. Perlu diingat, UU itu dibuat dengan dana besar yang bersumber dari masyarakat dan juga energi yang besar pula dari masyarakat yang telah memperjuangkannya. Butuh waktu bertahun-tahun hingga akhirnya UU tersebut disahkan. Lantas kenapa tidak ditegakkan? Apa peraturan-peraturan di negeri ini masih saja dibuat untuk dilanggar?(foto: Via dok Surya/Junianto Setyadi)

Minggu, 26 Oktober 2008

Suap

Belum lama lalu percakapan antara Jaksa Urip dan Artalyta (Ayin) dalam kasus suap BLBI jadi pusat perhatian, bahkan sampai dijadikan ring-tone (nada panggil) HP. Belum lama berselang, muncul lagi kasus wakil rakyat di Senayan terima suap dari pejabat Bank Indonesia. Akibatnya masyarakat kini tak percaya pada pejabat publik dan wakil rakyat. Semua pejabat publik di negeri ini, termasuk Jaksa Agung, mengangkat sumpah sebelum memangku jabatannya. Sumpahnya itu tidak main-main, mereka menyebut nama tuhannya segala. Tapi apa boleh buat. Kebanyakan pejabat publik dalam tempo singkat sudah bisa mengumpulkan harta yang jumlahnya tidak masuk akal jika diukur dari penerimaan komponen gajinya. Termasuk para wakil rakyat. Banyak di antara mereka yang mendadak berstatus OKB alias Orang Kaya Baru---rumah baru, mobil baru lebih dari satu, istri baru bahkan lebih dari dua. “Rasanya baru kemarin saya melihat si anu itu luntang-lantung suka minta rokok sebatang pada kawannya. Kini, setelah dia jadi anggota dewan, gaya sekali. Kawan-kawannya semasa luntang-lantung banyak yang dilupakan. Yang disebut kawan sekarang adalah para pengusaha. Minimal para pemborong proyek. Dulu, jangankan menginjak tempat hiburan malam, melintas di depannya untuk sekadar melirik saja tidak pernah. Sejak menjadi anggota dewan dan kebanjiran uang, kalau ke tempat hiburan malam, sekali booking langsung tiga cewek,” kata seseorang berkomentar tentang kawannya, anggota dewan yang suka mendemontrasikan ‘dendam kemelaratan’, karena sedang bergelimang harta. Isu suap yang membelit wakil rakyat bermental brengsek sudah merebak di seluruh gedung perwakilan rakyat republik ini. Masih segar dalam ingatan tentang kasus suap atau bahasa kerennya gratifikasi yang menimpa anggota dewan di Surabaya, yang saat ini sedang disidik Polda Jatim. Suap itu sering terjadi diupayakan anggota dewan terutama pada saat pemilihan pejabat BUMN/ BUMD atau pada saat pembahasan anggaran eksekutif. Alasan selalu mereka buat-buat seandainya pihak eksekutif tidak mengeluarkan uang sogokan. Disinggung soal anggaran yang tidak berbasis kinerjalah, anggaran yang tidak akuntabilitaslah dan lain sebagainya. Atau saat pengajuan pimpinan BUMN/ BUMD si pejabat anu dalam fit and propetest, lantas dibilang kurang inilah, kurang itulah.... Ada atau tidak ada uang sogokan untuk anggota dewan memang hanya tuhan yang tahu. Tapi tetap saja wakil rakyat brengsek diam-diam suka menghafal teks iklan shampo pencuci rambut dan memplesetkanya dengan ucapan: “Soal suap, siapa takut?”.

Sabtu, 18 Oktober 2008

Muklas Udin Nekat Lawan Arif Affandi

Machievelli dalam teorinya mengatakan “Peraturan dibuat untuk dilanggar”. Ini bisa dikaitkan dengan penataan reklame di Surabaya. Problem reklame di Surabaya seakan tidak ada habisnya. Belum tuntas satu masalah, muncul masalah baru. Meski sudah ada peraturan yang jelas dan tegas, yakni Peraturan Daerah (Perda) No 8 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame, tetap saja peraturan itu dilanggar oleh pemegang kebijakan.
Surabaya-Suara Publik. Wajah Kota Surabaya sekarang ini makin carut marut. Gara-garanya, ijin penyelenggeraan reklame dilakukan serampangan oleh aparat pemkot Surabaya. Asal target PAD dan target uang siluman tercapai,tak peduli Surabaya mau seperti apa. Berbagai bentuk pelanggaran reklame terus terjadi. Mulai reklame tak berizin, izin kedaluwarsa, ukuran reklame menyalahi perda, reklame dengan satu tiang, sampai praktik alih fungsi secara ilegal. Semua itu seperti sengaja dibiarkan begitu saja tanpa ada tindakan tegas sama sekali. Salah satu reklame bermasalah yang saat ini sedang disorot publik adalah reklame videotron yang berdiri megah di jalan Kedungdoro. Reklame Videotron itu dipasang. Ukurannya 6 x 8 meter. Sesuai aturan, pendirian reklame berukuran lebih dari 8 meter persegi seharusnya diteliti dan diseleksi secara ketat oleh tim Reklame yang dikomandani Asisten II Bidang Pembangunan Muklas Udin. Namun, videotron di Kedungdoro tersebut begitu mudah didirikan. Usut punya usut videotron yang tiang penyangganya didirikan di atas lahan bekas saluran itu dulunya adalah billboard. Oleh si pemilik reklame, izinnya ditingkatkan menjadi videotron. Sebelum izin keluar, videotron tersebut sudah didirikan. Reklame billboard berdiri sebelum videotron mengantongi izin sejak 6 Oktober 2006 dan habis pada 6 Oktober 2008. Meski izin belum habis, terbit izin baru untuk videotron pada 9 Mei 2008.Secara aturan, pemegang izin PT Oxcy Jaya Putra tidak boleh mengalihfungsikan reklame hingga masa berlakunya berakhir. Namun, masa berlaku belum berakhir, muncul surat izin videotron atas nama CV Rajawali Citra Buana (RCB). Pemiliknya Sama Sementara itu, ditempat terpisah sumber Suara Publik salah seorang pengusaha Reklame yang tidak mau disebutkan namanya menjelaskan (17/10).Pemilik PT Oxcy Jaya Putra (oxcy Adv) dan CV Rajawali Citra Buana (RCB) itu sama adalah Budi Santoso yang sering dipanggil Budi Oxcy. Budi Oxcy ini hopingnya Muklas Udin,”ujarnya. Saat pertama kali masalah Videotron disorot oleh media, Budi Oxcy pagi-pagi sekali sudah ada di ruangan Muklas udin untuk minta perlindungan,” tambahnya. "Pengurusannya sudah beres semua proses pengajuan izin pendirian videotron tersebut sudah sesuai jalur. ," ujar Muklas esok harinya. Kondisi ini tentunya menambah jumlah penyimpangan pendirian reklame videotron. Menurut sumber tersebut, bergantinya reklame megatron dari bilboard menjadi videotron berdasarkan Surat Persetujuan Walikota (SPW) dengan nomor 51012/2035/436.5.2/2008 untuk pemasangan megatron ukuran 10x5 meter atas nama CV Rajawali Citra Buana itu ditanda tangani sendiri oleh Muklas Udin bukan oleh Walikota Bambang DH. Dianggarkan melalui PAK Berdirinya Videotron itu dalam perjalananya ditentang oleh Wakil Walikota Arif Affandi. Kepada wartawan, Arif mengungkapkan bahwa pendirian reklame itu melanggar Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2006.Karena Pemkot Surabaya berencana akan melakukan pelebaran jalan di Jalan Kedungdoro. Anggarannya diajukan saat pembahasan PAK tahun ini. Selain kejanggalan masalah izin dan prosedur, kejanggalan lain adalah posisi videotron yang didirikan di badan jalan. Selain itu proses pendiriannya sempat menebang pohon di sekitarnya. Padahal, tidak ada satu aturan pun yang membolehkan media iklan didirikan di badan jalan. Itu jelas melanggar. Tapi, mengapa dibiarkan, tak ada tindakan apa pun dari tim reklame? “Muklas Udin itu bejat masak Arif Affandi atasannya sendiri dilawan ,” ujar pengusaha reklame tersebut kepada Suara Publik. Itu sama artinya Mukhlas Udin sudah berani menentang Arif Affandi sebagai Wakil Walikota. Sampai berita ini diturunkan belum ada tindakan kongkrit dari aparat pemkot untuk membongkar Videotron tersebut, walaupun sudah ada rekomendasi Komisi A DPRD Surabaya untuk membongkar. bos

Palsu

Pekan lalu, dunia pendidikan dikejutkan oleh berita tentang kasus dokumen palsu mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Ceritanya, pada tahun ajaran 2006/ 2007, lima orang mahasiswa (empat di antaranya cewek) menggunakan dokumen palsu untuk transfer masuk Fakultas Kedokteran Undip. Dokumen palsu ini digunakan sebagai bukti bahwa mereka adalah pindahan dari sejumlah universitas atau sebagai bukti bahwa mereka pernah kuliah di universitas lain. Dengan dokumen palsu tersebut mereka berhasil masuk sebagai calon dokter di FK Undip dan langsung duduk di bangku kuliah semester lima. Kasus ini terbongkar sendiri oleh pihak internal Undip yang menemukan sejumlah kejanggalan di dokumen para mahasiswanya. Pada salah satu dokumen, misalnya, tertulis pekerjaan orangtua mahasiswa adalah polisi berpangkat Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) dengan Golongan III. Padahal polisi berpangkat Aiptu seharusnya setara Golongan II. Lima mahasiswa FK Undip pembawa dokumen palsu itu, masing-masing berinisial AMW, warga Jombang, yang menggunakan dokumen palsu dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, JM, warga Sungai Buloh, Selangor, Malaysia, yang mengaku pindahan dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, AR, warga Jalan Karimata, Jember, yang menggunakan dokumen palsu UI Jakarta, EI, warga Geger, Bangkalan, Madura, dan HM, warga Gresik, yang memakai dokumen palsu Universitas Padjadjaran, beserta pembuatnya, M. Ali Yahya, kini telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Reskrim Polda Jateng. Pihak Undip melansir instansinya telah kecolongan karena kelima mahasiswa tersebut memanfaatkan kesibukan petugas dengan mendaftar berbarengan dengan masa penerimaan pendaftaran mahasiswa baru. Adapun dokumen yang dipalsukan meliputi transkip nilai sementara, surat persetujuan pindah studi dari masing-masing dekan fakultas kedokteran, surat keterangan orangtua siswa, ijazah SMA, dan tanda tangan masing-masing wakil dekan. Kelima mahasiswa tersebut mengaku masing-masing telah mengeluarkan kocek antara Rp. 100 hingga 500 juta untuk pembuatan dokumen palsu ini Kecurigaan terhadap dokumen palsu ini berawal dari keganjilan data-data JM yang menyatakan sebelumnya pernah kuliah di Unair. Setelah nama dan nomor induk mahasiswanya dicocokkan ke Unair, ternyata dia dinyatakan tidak pernah terdaftar di sana. Kelima mahasiswa tersebut belakangan diketahui hanyalah lulusan SMA. Selain berhasil membongkar tentang status kemahasiswaan palsu, dalam waktu yang bersamaan pihak Undip juga mengungkap dua mahasiswanya yang telah lulus namun gagal lulus ujian untuk membuka praktek kedokteran dan lantas memalsukan dokumennya agar kemudian bisa membuka praktek. Kedua mahasiswa yang dimaksud ini dengan dokumen kelulusan praktek palsunya itu telah bertugas di sebuah rumah sakit swasta di Kota Semarang dan Purbalingga. Entah kisah keberhasilan menguak dokumen palsu dari dunia pendidikan yang satu ini merupakan berita menggembirakan atau menyedihkan. Yang jelas cukup melegakan, mengingat semua orang sangat membutuhkan dokter yang asli ketika sakit. Semoga saja masyarakat bisa mengambil hikmah dari fenomena dokumen palsu yang terjadi di FK Undip ini. Selanjutnya, untuk kepentingan berbagai hal, pilih produk yang asli sajalah…

Kamis, 16 Oktober 2008

Penderitaan Sapi

Inilah gambaran penderitaan tak terperi dari sapi-sapi karapan, salah satu tradisi masyarakat di Pulau Madura, Jawa Timur.Sapi-sapi itu berpacu dalam kesakitan, dan pantatnya berdarah. Cairan merah itu meleleh akibat garukan paku sang joki yang ditancapkan pada gagang kayu seperti parut.Tidak hanya itu. Mata, pantat yang luka, dan sekitar lubang anus si sapi diolesi cuka, sambal, dan balsem.Pada kondisi seperti itu, tidak jelas apakah setiap pasangan sapi karapan, --orang Madura menyebut kerapan atau kerabhan--, berlari karena kekuatan ototnya atau karena ingin lepas dari rasa sakit.Pada suatu kali, setiap pasang sapi akan diadu beberapa kali. Artinya, sapi-sapi tersebut akan mendapatkan perlakuan menyakitkan berulang-ulang.Selain paku yang ditancapkan pada tongkat sepanjang sekitar 15 sentimeter itu, bagian dalam ekor sapi diikat dengan kayu yang juga berpaku.Saat berlari, ekor yang dipasangi kayu berpaku itu naik turun dan menusuk kulit sekitar dubur sapi. Tidak seperti manusia, si sapi tentu saja tidak cukup akal untuk mendiamkan ekornya saat berlari.Ada lagi yang berbeda. Ada ekor sapi yang tak berpaku, namun kondisinya tak kalah menyakitkan. Ekor sapi itu terlihat diikat karet yang sangat ketat. Akibat aliran darah tidak berjalan, dipastikan menimbulkan rasa sakit.Sapi-sapi itu terlihat meronta, menghentak-hentakkan kaki dan mengeluarkan dengusan nafas berulang-ulang. Tidak heran jika setiap pasangan sapi karapan harus dipegang oleh banyak orang agar tidak lari sembarangan.Manusia penggemar karapan itu agaknya tanpa beban memperlakukan sapi untuk satu tujuan, menang. Mereka juga mudah bertindak untuk menyembuhkan bekas luka pada sapi, meskipun hal tersebut menimbulkan rasa sakit baru.Luka pada pantat sapi itu ditetesi spiritus, zat cair yang mengandung alkohol dan mudah menguap. Ada juga yang ditetesi air panas campur garam. Dengan cairan itu luka-luka diyakini bisa cepat kering dan sembuh.Ada suasana kontras pada pesta tradisi itu. Sapi-sapi tersiksa, sementara manusia "berpesta".SronenMasyarakat yang memadati arena karapan menikmati tetabuhan "sronen".Sronen atau saronen adalah musik yang mengandalkan semacam trompet, kendang, kenong, dan gong.Para pemain musik itu menggunakan busana hitam-hitam, pakaian khas Madura, dengan kaos lorek merah putih terlihat karena baju luar dibiarkan tidak menggunakan kancing.Untuk sronen ini, pemilik sapi karapan menganggapnya sesuatu yang harus ada. Menurut mereka, kalau karapan tanpa sronen, sama dengan selamatan kematian.Pesta dalam bentuk lain juga terlihat dari orang-orang yang sibuk bertukar uang taruhan. Pesta, kesakitan sapi, dan judi, telah melebur dalam tradisi itu.Gambaran mengenai tradisi karapan sapi seperti di atas masih lestari hingga saat ini.Bahkan, untuk karapan Piala Presiden yang tahun ini akan digelar 25-26 Oktober 2008 di Stadion Sunarto Hadiwijyo, Pamekasan, tampaknya masih akan melanjutkan tradisi penyiksaan tersebut.Karapan sapi yang oleh masyarakat dan pemerintah di Madura sejak lama ingin dijual menjadi andalan pariwisata menghasilkan itu memang jauh dari sportivitas dan profesionalitas lomba.Kalau dalam olahraga manusia begitu ketat masalah doping, panitia karapan justru masih membiarkan pemilik sapi berlomba-lomba menggunakan berbagai cara.Dari catatan pemangku budaya di Madura, tradisi karapan yang mengabaikan peri-kehewanan itu sebetulnya merupakan penyimpangan dari budaya aslinya.Diduga kekerasan itu terjadi sejak masuknya pemilik modal dalam karapan sapi.Karapan sapi yang tadinya digelar secara santai untuk hiburan setelah petani memanen hasil sawah, berubah menjadi sesuatu yang menegangkan.Akibat logika seperti itulah diduga para pemilik karapan mencari berbagai muslihat agar sapinya menang. Maka muncullah "penyelewengan" dari semangat awal karapan sapi.Ketua Yayasan Pakem Madduh, Pamekasan, Madura, H. Kutwa, mengakui adanya penyimpangan dari karapan itu. Karenanya ia berharap, agar karapan sapi dikembalikan ke tradisi asal yang tidak dipenuhi dengan kekerasan."Saya juga tidak terima kalau karapan sapi itu ada unsur kekerasan pada hewan. Padahal waktu saya masih kecil, tidak ada karapan memakai paku," katanya.Pembantu Rektor I Universitas Madura (Unira), Pamekasan itu, mengemukakan bahwa munculnya penyiksaan pada sapi itu sekitar tahun 1980-an. Diperkirakan, penggunaan paku dan kekerasan lainnya karena semakin kerasnya kompetisi."Maka cara-cara yang digunakan juga melebihi batas kompetisi seperti itu. Karena itu, alangkah baiknya jika tradisi karapan sapi dikembalikan ke asalnya yang hanya mengadu kekuatan otot sapi," katanya.Menurut dia, tradisi karapan sapi di Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep yang menjadi asal muasal karapan sapi, hingga kini masih menggunakan cara lama, yakni mengandalkan kekuatan otot.Untuk itu, pemilik sapi kerapan di Sapudi melatih sapinya di daerah berpasir.Dinas Peternakan atau instansi terkait yang membidangi penyelenggaraan karapan sapi itu, katanya, harus memikirkan masalah tersebut, misalnya, dengan mengeluarkan aturan agar tidak boleh ada kekerasan.Sementara dosen Jurusan Peternakan Unira, Ir. Malika Umar, MSi juga menyatakan, tidak setuju dengan adanya kekerasan pada sapi karapan. Karena itu, harus diatur agar masalah itu tidak terus menerus menjadi tradisi baru."Praktek seperti itu kan menyalahi 'animal welfare' atau kesejahteraan satwa. Karena itu dinas terkait harus memperhatikan juga. Misalnya, Dinas Peternakan mengadakan dialog dan penyuluhan kepada para pemilik sapi kerapan," katanya.Ia mengemukakan, memang tidak mudah mengajak masyarakat di Madura untuk melakukan perubahan terhadap sesuatu yang sudah lama berjalan. Namun demikian, jika hal itu dilakukan secara intensif dan benar, maka lambat laun, pemilik sapi ksrapan akan memahami."Contohnya, dulu zaman saya kuliah, pemilik sapi karapan memberikan telur sampai 500 butir untuk sekali jamu pada sapi. Tapi setelah diberi penyuluhan dan penyadaran bahwa telur sebanyak itu tidak ada artinya, mereka ikut berubah," kata alumni Undip Semarang itu.Peneliti pada Pusat Penelitian Madura dan Jawa Universitas Jember (Unej), Sutjitro mengemukakan bahwa pada umumnya kiai di Madura tidak keberatan dengan tradisi karapan."Namun mereka tidak setuju dengan cara penyiksaan karena menyiksa binatang itu dosa. Demikian juga dengan judi atau taruhan yang dianggap haram," katanya.Sejumlah pemilik sapi karapan di Kabupaten Pamekasan sebetulnya setuju jika tradisi itu tidak lagi menggunakan kekerasan.Salam, pemilik sapi "Se Anak Manja", Saleh, pemilik "Se Tossa" dan P. Elma, pemilik "Se Abantal Ombak Asapok Angin" menyatakan, mereka tidak keberatan jika kekerasan itu dihapuskan."Tapi harus semua tidak menggunakan paku dan kekerasan lainnya. Kalau tidak tegas, satunya menggunakan, satunya tidak, maka itu tidak bisa, karena yang tidak pakai paku pasti dirugikan," kata P. Elma, warga Murtajih, Kecamatan Pademawu.Menurut Salam yang juga PNS di Kelurahan Baru Rambat Timur, Pamekasan, sebetulnya tidak semua sapi cocok menggunakan kekerasan. Ada juga sapi yang justru tidak mau lari jika disakiti."Karena itu saya setuju jika ada aturan karapan sapi tidak membolehkan menggunakan paku," katanya.Saleh menambahkan, sebetulnya sejarah awal karapan sapi memang tidak menggunakan paku, melainkan menggunakan bunyi-bunyian dari bambu. Namun hal itu berubah dengan menggunakan duri yang digarukkan ke pantat."Lama-lama menggunakan paku sehingga memang menyakiti sapi. Tapi mau bagaimana lagi kalau semua memang menggunakan paku. Kalau tidak, sapinya bisa kalah beradu lari," katanya.Meskipun pemilik sapi tidak keberatan dengan larangan menggunakan kekerasan, tampaknya masih sulit mengembalikan karapan ke tradisi aslinya.Pemerintah sebagai penyelenggara, yakni Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) Madura yang memiliki otoritas mengenai hitam putihnya tradisi itu tampak belum ada keinginan untuk berubah.Kepala Bakorwil Madura, Makmun Dasuki mengatakan, kekerasan dalam karapan dianggapnya tidak membahayakan, karena dengan olesan ramuan tertentu lukanya cepat sembuh."Jadi sulit menghilangkan penggunaan paku seperti itu, karena sudah menjadi tradisi. Penggunaan paku itu mulai tahun 1980-an, sedangkan sebelumnya tidak ada," kata Pembina Umum Panitia Karapan Sapi Piala Presiden 2008 itu.Ia membandingkan tradisi matador di Spanyol yang justru lebih membahayakan karena melibatkan manusia dan banteng. Padahal, ada perbedaan mendasar dari tradisi yang sama-sama menampilkan kekerasan itu.Pada matador, manusia yang menghadapi bahaya berada pada posisi berdaya karena hal itu adalah pilihan. Sementara sapi pada tradisi karapan berada pada kondisi tidak punya pilihan atau terzalimi.Makmun hanya menyatakan bahwa tidak menutup kemungkinan untuk menghilangkan tradisi kekerasan semacam itu di masa mendatang. Keterangan Foto: Pantat sapi yang terluka sedang ditetesi spiritus. (Antara Foto : via Antara Saiful Bahri)

Rabu, 15 Oktober 2008

Iki lho Gubernure rek!

Dalam waktu dekat jatim akan melaksanakan Pilgub putaran kedua. Pilgub putaran ke dua yang berlangsung di Jatim boleh jadi akan berjalan melelahkan bagi siapa saja yang ikut bertarung, sebab calon yang maju memiliki kemampuan dan kapasitas yang relatif berimbang. lantas siapa yang akan menjadi Gubernur Jawa Timur periode 2008-2013 ?Berdasar penghitungan manual yang dilakukan KPUD Jatim, diperoleh data bahwa Karsa menempati ranking pertama dengan perolehan 4.498.332 suara atau 26,43 persen. Disusul Kaji dengan 4.223.089 suara atau 24,82 persen. Maka mereka berhak maju di putaran kedua pilgub jatim. Agar tidak salah pilih tentunya pemilih harus jeli dan cermat. Kalau bingung, golput bisa jadi alternatif. Besok, 4 nopember 2008 , warga Jatim akan memilih . Berikut ini gambaran singkat para kandidat Gubernur Jatim 2008. Kaji Kapasitas Khofifah Indarparawansa sebetulnya cukup layak jadi Gubernur Jatim. Beberapa jabatan penting pernah ia pegang seperti Wakil Ketua DPR, Menteri pada era Presiden Abdurrahman Wahid, dan sejak tahun 1992 aktif di DPR RI. Selain itu ia juga cukup menonjol di NU. Dia adalah Ketua Muslimat NU. Andaikata ia diusung PKB, sebagai partai terbesar di Jatim, boleh dikata Pilkada sudah jadi miliknya. Namun pengalamannya berpolitik maupun berorganisasi selama di tingkat pusat membuat pencalonannya sebagai Calon Gubernur dipandang turun kasta. Politisi yang turun kasta itu biasanya karena pesanan pihak tertentu atau ia sedang kehilangan orbitnya di Pusat. Selain itu ia terlalu lama di Jakarta, sehingga penguasaan medan akan Jawa Timur diragukan. Apalagi pasangannya, Mujiono, buta akan peta Jawa Timur. Maklum kurang lebih 30 tahun karier militiernya dihabiskan di luar Jawa Timur. Bahkan dia tidak lahir di Jawa Timur. Banyak tudingan majunya pasangan Kaji adalah pesanan pihak tertentu. Khofifah sejak terjadi kasus Lapindo di Porong Sidoarjo pindah komisi di DPR RI dari komisi VI ke Komisi VII ( Patner Departemen Energi Sumber Daya Mineral). Yang mana dalam 2 tahun terakhir masalah Lapindo sering dirapatkan dan tidak mampu memberikan manfaat bagi Jatim. Selain itu Jatim adalah daerah cadangan minyak terbesar kedua setelah Riau. Karsa Tiga tahun yang lalu, ketika nama Pakde Karwo mulai dimunculkan, maka semua orang menganggap Soekarwo yang menjabat Sekdaprov akan memperebutkan jabatan Gubernur. Sewaktu PDI-P membuka pendaftaran pencalonan ia mendaftar dan didukung cukup banyak DPC. Sewaktu PDI-P lebih memilih kadernya, Demokrat yang tidak memiliki kader yang pantas maju, megusungnya sebagai calon. Soekarwo memilih untuk berdampingan dengan Saifullah Yusuf, Ketua Umum GP Ansor Pusat, organisasi underbow warga NU. Pernah jadi menteri yang bisa menjadi modal yang sangat berharga, membuat.peluang pasangan ini cukup besar. Namun Track Recordnya Gus Ipul yang suka loncat sana, loncat sini bisa jadi bumerang. Tercatat dia pernah duduk di kepengurusan tiga partai besar, yaitu PDI-P, PKB, PPP. Itu membuatnya jadi tokoh paling kontroversial dalam jagat politk indonesia. Demikian mudah-mudahan paparan singkat di atas bisa menjadi referensi sebelum memilih Gubernur Jatim periode 2008-20013. Selamat memilih.

Selasa, 14 Oktober 2008

Panik

Banyak media menampilkan foto seperti di atas akhir-akhir ini. “Sebenarnya mereka (yg difoto itu) tuh aktor atau hatinya memang sedang gundah?,” tulis seorang pelaku pasar di situs weblog-nya menghibur diri. “Biasanya, kalo kecewa, (para pelaku pasar itu) cuma bengong aja. Mungkin mereka tau, di Bursa Efek sekarang banyak wartawannya. Jadi nampang dikit gitu deh,” timpal blogger lainnya mengomentari. Memang, beberapa hari belakangan, permasalahan krisis keuangan yang melanda Amerika Serikat telah memakan korban hampir di seluruh belahan dunia. Bursa saham di hampir seluruh bagian dunia goncang, termasuk Indonesia. Nilai tukar rupiah pada akhir pekan lalu turun drastis, menunjukkan level yang sangat buruk. Pada perdagangan Jumat (10/10), misalnya, Rupiah ditutup anjlok dalam 270 poin ke posisi 9.860 per dolar AS setelah pada perdagangan sebelumnya ditutup di level 9.590 per dolar AS. Rupiah pada perdagangan hari ini hampir (atau sudah?) menembus angka 10.000 per dolar AS. Anjloknya rupiah ini terdorong oleh kepanikan pelaku pasar yang kemudian segera memburu dolar AS setelah Bursa Efek Indonesia (BEI) melanjutkan suspensi perdagangan sejak akhir pekan lalu. Aksi buru dolar ini tak lain dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap krisis finansial di pasar global. Akibatnya rupiah diperdagangkan di level terendahnya. Dalam transaksi antar bank, rupiah diperjualbelikan di kisaran hingga 10.300 per dolar AS. Bahkan posisi rupiah yang diperdagangkan di pasar Hongkong sempat terpantau menyentuh level 10.800. Tidak ada yang bisa memprediksi sampai kapan krisis global seperti ini akan terjadi. Sebagian pakar menyatakan bahwa fenomena finansial seperti ini baru sekadar gerimis di awal badai. Lantas bagaimana jadinya jika badai tersebut benar-benar telah datang. Kita hanya bisa berharap bahwa badai yang dimaksud hanyalah pasang-surut biasa, bukan tsunami yang luar biasa hebatnya itu. Sekadar catatan, terakhir kali mata uang Indonesia berada di level 10.000 per dolar AS pada 2005 silam. Saat ini, pemerintah masih mengevaluasi perkembangan bursa saham regional dan internasional sebelum memutuskan kembali perdagangan saham di BEI. Sedangkan BI masih membiarkan rupiah diserahkan kepada pasar sehingga mata uang Indonesia terus terpuruk. Namun demikian, sebagian besar pelaku pasar optimistis BI akan tetap menjaga tidak melepas rupiah begitu saja. Mereka percaya pada saat tertentu BI akan melakukan intervensi untuk mengurangi tekanan pasar yang cukup besar. Percayalah BI masih ada dan terus berupaya meminimalkan dampaknya. Sementara kita hanya bisa berdoa agar krisis moneter seperti yang pernah terjadi 10 tahun yang lalu tidak akan terulang. Mudah-mudahan pasar tidak terlalu panik. Masyarakat juga jangan panik.(bidot suhariyadi/foto AFP-via yahoo)