Minggu, 26 Oktober 2008

Suap

Belum lama lalu percakapan antara Jaksa Urip dan Artalyta (Ayin) dalam kasus suap BLBI jadi pusat perhatian, bahkan sampai dijadikan ring-tone (nada panggil) HP. Belum lama berselang, muncul lagi kasus wakil rakyat di Senayan terima suap dari pejabat Bank Indonesia. Akibatnya masyarakat kini tak percaya pada pejabat publik dan wakil rakyat. Semua pejabat publik di negeri ini, termasuk Jaksa Agung, mengangkat sumpah sebelum memangku jabatannya. Sumpahnya itu tidak main-main, mereka menyebut nama tuhannya segala. Tapi apa boleh buat. Kebanyakan pejabat publik dalam tempo singkat sudah bisa mengumpulkan harta yang jumlahnya tidak masuk akal jika diukur dari penerimaan komponen gajinya. Termasuk para wakil rakyat. Banyak di antara mereka yang mendadak berstatus OKB alias Orang Kaya Baru---rumah baru, mobil baru lebih dari satu, istri baru bahkan lebih dari dua. “Rasanya baru kemarin saya melihat si anu itu luntang-lantung suka minta rokok sebatang pada kawannya. Kini, setelah dia jadi anggota dewan, gaya sekali. Kawan-kawannya semasa luntang-lantung banyak yang dilupakan. Yang disebut kawan sekarang adalah para pengusaha. Minimal para pemborong proyek. Dulu, jangankan menginjak tempat hiburan malam, melintas di depannya untuk sekadar melirik saja tidak pernah. Sejak menjadi anggota dewan dan kebanjiran uang, kalau ke tempat hiburan malam, sekali booking langsung tiga cewek,” kata seseorang berkomentar tentang kawannya, anggota dewan yang suka mendemontrasikan ‘dendam kemelaratan’, karena sedang bergelimang harta. Isu suap yang membelit wakil rakyat bermental brengsek sudah merebak di seluruh gedung perwakilan rakyat republik ini. Masih segar dalam ingatan tentang kasus suap atau bahasa kerennya gratifikasi yang menimpa anggota dewan di Surabaya, yang saat ini sedang disidik Polda Jatim. Suap itu sering terjadi diupayakan anggota dewan terutama pada saat pemilihan pejabat BUMN/ BUMD atau pada saat pembahasan anggaran eksekutif. Alasan selalu mereka buat-buat seandainya pihak eksekutif tidak mengeluarkan uang sogokan. Disinggung soal anggaran yang tidak berbasis kinerjalah, anggaran yang tidak akuntabilitaslah dan lain sebagainya. Atau saat pengajuan pimpinan BUMN/ BUMD si pejabat anu dalam fit and propetest, lantas dibilang kurang inilah, kurang itulah.... Ada atau tidak ada uang sogokan untuk anggota dewan memang hanya tuhan yang tahu. Tapi tetap saja wakil rakyat brengsek diam-diam suka menghafal teks iklan shampo pencuci rambut dan memplesetkanya dengan ucapan: “Soal suap, siapa takut?”.

Tidak ada komentar: